Awal mula, Selasa 6 Juni 2017 waktu
menunjukkan jam 9 malam lebih, saya mempunyai waktu senggang untuk bersantai
ceria di kala tidak ada apapun yang bisa saya kerjakan. Waktu itu saya check
timeline di Twitter pribadi saya, dan kebetulan disana ada @koalisinada lagi on
air radio (koalisinada.caster.fm). Lalu saya mencoba iseng untuk menanyakan keberadaannya
(Eko Marjani). Sungguh kebetulan di bulan ini saya jarang ngopi, dia lagi di
Joker Coffee (ABM), pas banget bisa gabung nih.

Sesampainya disana, ternyata mas Eko
lagi duduk sendirian di meja kasir, dengan menghadap laptop. “Wah, ternyata
lagi sibuk nih” sindir saya pelan. “ini lagi siaran sama ngedit tulisan untuk
tumblr”, jawabnya. Begitulah kurang lebih sapaan saya kepada mas Eko pertama
kali waktu itu. Langsung saya dipersilahkan duduk di sampingnya, dan memesan
kopi Hitam. Obrolan bermula dari tanyajawab saya kepadanya soal tumblr Koalisi
Nada yang sedang dia isikan, dan saya bertanya agak sensitif seputar Koalisi
Nada itu sendiri. “Koalisi Nada itu kolektif kan mas, trus untuk orang-orang
yang masih aktif dalam “kerja tim” Koalisi Nada itu siapa aja sih?”, tanyaku.
“Hmmm, sekarang aku kerjain semuanya…..”, ujar mas Eko. Sontak saya terkejut,
secara spontan saya mengambil telepon genggam, dan membuka aplikasi perekam
suara. Saya meminta ijin kepada mas Eko untuk merekam pembicaraan ini, dia agak
bertanya – tanya “buat apa kamu rekam?”. Bukan lain, bukan tidak hanya untuk
tulisan saya di blog ini. Dikarenakan hal yang saya paparkan diatas dengan
inti, bahwasanya saya ada waktu luang dan saya bergairah untuk menulis lagi.
Paling tidak itu adalah pemakluman dari mas Eko yang masuk akal, hahahaha. Oke,
langsung saja ke ringkasan tentang rekaman suara pembicaraan saya dengan mas
Eko (Koalisi Nada).
TP : “Aku pernah lihat dokumentasi Koalisi
Nada di youtube mas, itu tepatnya tahun berapa sih?”
Eko : “ohhhh, itu tahun 2012, itu sebagian
ada yang disensor sama Youtube, soalnya backsoundnya melanggar hak cipta, sayang
sekali sebenernya, haha.”
TP : “lha pas cuplikan video itu ada 3
orang, termasuk mas Eko ya kan?”
Eko : “Itu sebagian kecil sih, yang lain
ada, termasuk kolektif dari beberapa band. Termasuk Tommy dan Anas yang duduk
bersamaku di video, waktu itu mereka juga aktif dalam suatu band. Hingga saat
ini mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Misal Anas sudah menikah, dan aku
harus menjaga ini (Koalisi Nada), apa boleh buat, mereka sudah memilih jalannya
juga. Kalaupun mereka kembali lagi, silahkan, monggo . . . ayo kita berkarya
bareng-bareng lagi, beri kontribusi . . . Terakhir itu bikin acara lagi tahun
2015, saat ALSOO rilis, ya paling tidak ada progress lah dari kolektif ini . .
. dan sebagian dana acara itu dari tabungan penjualan Kompilasi Album Koalisi
Nada (sekitar 2012-2013, dan ALSOO terlibat di dalamnya), dan diadakan di
HoutenHand.
TP : “Berarti tahun 2015 merupakan momen
comebacknya Koalisi Nada dalam hal Pertunjukan Musik dan Kolektif dong?”
Eko : “Iya sih, tapi ternyata yang terjadi
hanya sebagian kecil persona yang kembali lagi dalam launching itu. Gapapa sih.
Kaya ALSOO itu sendiri sekarang udah bisa berjalan sendiri, dengan dibantu
kawan-kawan terdekatnya yang mau membantu.”
TP : “Setelah momen 2015 itu, adakah
pertunjukan lagi?”
Eko : “Ga ada lagi, malahan sebagian
band-band yang dulu pernah koleftif dalam lingkup Koalisi Nada sudah BUBAR.
Yang aku lihat sekarang masih aktif dan produktif ya Intenna sama ALSOO.
Intenna sekarang juga udah lebih nyaman di Semeru (SemeruArtGallery). Sampai
saat ini aku masih senang kalau membantu mereka. Sebagian band ada yang masih
eksis, ada yang masih ditahap rekaman tapi belum rilis juga, ada juga eksis
tapi kurang produktif. Gak tau sih, apakah kolektif hanya sebatas bikin gigs
aja sih? Tapi aku gak menyalahkan siapapun sih, mungkin arahnya yang
berbeda-beda.”
TP : “hingga saat ini Koalisi Nada tetap
jalan?”
Eko : “dan pada akhirnya aku mendifinisikan
ulang lagi tentang Koalisi Nada, memang pada awalnya banyak yang terlibat, tapi
dengan kondisi sekarang aku memutuskan untuk “membelah diri”, aku cair, aku
beredar aja lah. Sayangkan kalau ini (Koalisi Nada) ditinggalkan. Aku ingin
menjawab stigma bahwa sebuah kolektif itu tidak akan berumur panjang, dan kalau
memang tidak produktif jangan sampai ada statement BUBAR lah, biarkan aja,
vakum ya gapapa, berarti emang ga bisa dipaksakan. Pada waktunya untuk kembali,
ya ayo. Dikatakan tidak produktif aja masih untung, bahkan sebagian orang-orang
ada yang sudah kapok bikin band baru, ngeband juga gitu-gitu aja, haha. Intinya
tetap berkarya sih, dan akhirnya aku memilih untuk ini”
TP : “Sedikit flashback sam, jadi founder
Koalisi Nada itu termasuk sampean?”
Eko : “Jadi gini lho, ngomongin sejarah ya,
awalnya emang aku aja. Sebelum jadi INI ITU, Koalisi Nada itu nama pertunjukan.
Sekitar tahun awal, di 2010 ada sekitar 2-3 pertunjukan, setelah proses
beberapa tahun, akhirnya aku bikin ini (tumblr).
TP : “terus sejak kapan tumblr ini dibuat
mas?”
Eko : “Engga kok, tumblr ini muncul setelah
peluncuran Album Kompilasi Koalisi Nada, sekitar 2011-2012an. Sebenernya ini
butuh banget, untuk publikasi kabar-kabar, maupun wacana.”
TP : “Untuk sekitar 2011-2012an, genre
musik yang ada di Kompilasi Koalisi Nada itu apa saja sih?”
Eko : “Rata-rata sih indie rock, karena di
Malang secara dokumentasi kurang untuk music ini, makanya untuk band-band indie
rock butuh wadah Koalisi Nada itu sendiri. Kalo pengen ngecek lagu-lagu dari
Kompilasi, bisa download kok di tumblr Koalisi Nada (http://koalisinada.tumblr.com), dan inipun free. Pada waktu itu (2011-2012),
rilisan fisiknya ada 20 dengan format CD, dan sudah habis. Dan baru 2013
kompilasi ini diunggah.”
TP : “Untuk proses perekaman lagunya
direkam secara live barengan atau gimana?
Eko : “ooohh, untuk rekaman di studio, tiap
band merekam lagunya sendiri-sendiri, engga dipusatkan satu tempat.”
TP : “Untuk masa indie rock itu,
influencenya dari mana aja sih?”
Eko : “Macem-macem. Justru yang mengejutkan
itu Intenna, mereka terbentuk antara 2010-2011, aku mendekati mereka, mulai
dari kenalan, ngobrol-ngobrol, dan berteman. Akhirnya mereka mau terlibat dalam
Kompilasi ini. Pada intinya, aku nemuin band-band yang mau berkolektif itu di
acara, wah band ini menarik nih, belang sendiri, yang aku cari emang yang beda
sama yang lain. Aku ga cari kontak sih, langsung aku temuin, dan akhirnya jadi
teman. Dan dari itu aku ngerti sama arah musiknya to, misalnya INTENNA itu
belang sendiri, mereka memainkan shoegaze yang 2011 hanya mereka yang memainkan
genre itu. Trus COBRA dengan garagepunk (ada di youtube dokumentasi Koalisi
Nada), DLL. Nah itu, rasa-rasa kaya gitu ga ada sekarang di Malang. Kenapa kok
gitu? Karena itu tadi, dari bandnya sendiri entah kurang percaya diri, atau……
padahal itu dari soulnya orang-orangnya lo. Mereka ga bisa bertahan ketika
dihadapkan dengan kesibukan, dan yaudah akhirnya bandnya jadi korban. Bahkan
belum melahirkan apa-apapun, hanya sebatas kompilasi. Bersyukurlah Kompilasi
ini masih ada. Hingga saat itu menurutkan yang berhasil seperti INTENNA dan
ALSOO, yang seudah membuat album. Akhirnya aku memahami, bahwa sebagian dari
mereka mengisi kekosongan waktu hanya terbatas waktu itu saja, ternyata mereka
ga kecanduan, dan selesai.
TP : “Pesan untuk kolektif KAMPAKSQUAD
mungkin?”
Eko : “Untuk sebuah kolektif, emang ga ada
formula yang mengharuskan ini harus seperti ini, itu harus seperti itu. Jelas
berbeda beda lah, sebuah tentangan tersendiri. Apa yang menurutmu cocok, ya
coba diaplikasikan. Atau sambil berjalannya waktu, oohhh iya yang cocok dengan
kita gini, akhirnya dengan sendiri menemukan formulanya, akibat dari pengalaman
atau evaluasi dari apa yang sudah dilalui. Aku sih lebih ke cara (engga sekedar
musik), dari hal-hal sederhana aja, itu akan lebih mudah, aku berpendapat, aku
ngomong apa yang aku sudah lakukan, dan aku ngomong apa yang bisa aku lakukan,
gitu lah. Ga mungkin aku ngomong, membual, atau ngomong gedhe, trus aku ga bisa
melakukan, kan banyak gitu tuh, hehe. Misalnya kek bikin kompilasi tadi, itu
sih menyakinkan kalo SDM teman-teman tuh udah bagus, ya ini aja yang
dimaksimalkan.”
TP : “Kesimpulannya, apa yang dilakukan
atas kesenangan, betul mas?”
Eko : “Iya dong, harus itu. Lakuin dah
sambil jalan. Apa ga mubadzir, ketika kita bikin ginian, trus ga terurus. Kalo
emang capek, emang udah waktunya break dulu. Tapi jangan sampai ada statement
BUBAR, jangan! Biarkan aja, jangan dipaksa.
Kemudian dilanjutkan obrolan-obrolan dan candaan,
pada akhirnya secangkir sudah kosong. Mas Eko akan melakukan aktifitas lain malam
itu. Saya pun berpamitan dikarenakan tidak ada aktifitas lagi di warkop, hehe.
Oh iya, mas Eko juga mempersilahkan buat kawan-kawan untuk nonton dokumentasi
Koalisi Nada di Youtube (channel : koalisi nada), atau berbagai tulisan dan netlabel
di tumblrnya (www.koalisinada.tumblr.com). Trimakasih mas Eko atas waktu
disela-sela kesibukannya, kucup cing! [TP].