Rabu, 21 Juni 2017

Eko Marjani “Koalisi Nada” : dari Pentas Musik, Kolektif, Kompilasi, hingga Mediamput

Awal mula, Selasa 6 Juni 2017 waktu menunjukkan jam 9 malam lebih, saya mempunyai waktu senggang untuk bersantai ceria di kala tidak ada apapun yang bisa saya kerjakan. Waktu itu saya check timeline di Twitter pribadi saya, dan kebetulan disana ada @koalisinada lagi on air radio (koalisinada.caster.fm). Lalu saya mencoba iseng untuk menanyakan keberadaannya (Eko Marjani). Sungguh kebetulan di bulan ini saya jarang ngopi, dia lagi di Joker Coffee (ABM), pas banget bisa gabung nih.


Sesampainya disana, ternyata mas Eko lagi duduk sendirian di meja kasir, dengan menghadap laptop. “Wah, ternyata lagi sibuk nih” sindir saya pelan. “ini lagi siaran sama ngedit tulisan untuk tumblr”, jawabnya. Begitulah kurang lebih sapaan saya kepada mas Eko pertama kali waktu itu. Langsung saya dipersilahkan duduk di sampingnya, dan memesan kopi Hitam. Obrolan bermula dari tanyajawab saya kepadanya soal tumblr Koalisi Nada yang sedang dia isikan, dan saya bertanya agak sensitif seputar Koalisi Nada itu sendiri. “Koalisi Nada itu kolektif kan mas, trus untuk orang-orang yang masih aktif dalam “kerja tim” Koalisi Nada itu siapa aja sih?”, tanyaku. “Hmmm, sekarang aku kerjain semuanya…..”, ujar mas Eko. Sontak saya terkejut, secara spontan saya mengambil telepon genggam, dan membuka aplikasi perekam suara. Saya meminta ijin kepada mas Eko untuk merekam pembicaraan ini, dia agak bertanya – tanya “buat apa kamu rekam?”. Bukan lain, bukan tidak hanya untuk tulisan saya di blog ini. Dikarenakan hal yang saya paparkan diatas dengan inti, bahwasanya saya ada waktu luang dan saya bergairah untuk menulis lagi. Paling tidak itu adalah pemakluman dari mas Eko yang masuk akal, hahahaha. Oke, langsung saja ke ringkasan tentang rekaman suara pembicaraan saya dengan mas Eko (Koalisi Nada).
TP        :           “Aku pernah lihat dokumentasi Koalisi Nada di youtube mas, itu tepatnya tahun berapa sih?”
Eko      :           “ohhhh, itu tahun 2012, itu sebagian ada yang disensor sama Youtube, soalnya backsoundnya melanggar hak cipta, sayang sekali sebenernya, haha.”
TP        :           “lha pas cuplikan video itu ada 3 orang, termasuk mas Eko ya kan?”
Eko      :         “Itu sebagian kecil sih, yang lain ada, termasuk kolektif dari beberapa band. Termasuk Tommy dan Anas yang duduk bersamaku di video, waktu itu mereka juga aktif dalam suatu band. Hingga saat ini mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Misal Anas sudah menikah, dan aku harus menjaga ini (Koalisi Nada), apa boleh buat, mereka sudah memilih jalannya juga. Kalaupun mereka kembali lagi, silahkan, monggo . . . ayo kita berkarya bareng-bareng lagi, beri kontribusi . . . Terakhir itu bikin acara lagi tahun 2015, saat ALSOO rilis, ya paling tidak ada progress lah dari kolektif ini . . . dan sebagian dana acara itu dari tabungan penjualan Kompilasi Album Koalisi Nada (sekitar 2012-2013, dan ALSOO terlibat di dalamnya), dan diadakan di HoutenHand.
TP        :           “Berarti tahun 2015 merupakan momen comebacknya Koalisi Nada dalam hal Pertunjukan Musik dan Kolektif dong?”
Eko      :           “Iya sih, tapi ternyata yang terjadi hanya sebagian kecil persona yang kembali lagi dalam launching itu. Gapapa sih. Kaya ALSOO itu sendiri sekarang udah bisa berjalan sendiri, dengan dibantu kawan-kawan terdekatnya yang mau membantu.”
TP        :           “Setelah momen 2015 itu, adakah pertunjukan lagi?”
Eko      :           “Ga ada lagi, malahan sebagian band-band yang dulu pernah koleftif dalam lingkup Koalisi Nada sudah BUBAR. Yang aku lihat sekarang masih aktif dan produktif ya Intenna sama ALSOO. Intenna sekarang juga udah lebih nyaman di Semeru (SemeruArtGallery). Sampai saat ini aku masih senang kalau membantu mereka. Sebagian band ada yang masih eksis, ada yang masih ditahap rekaman tapi belum rilis juga, ada juga eksis tapi kurang produktif. Gak tau sih, apakah kolektif hanya sebatas bikin gigs aja sih? Tapi aku gak menyalahkan siapapun sih, mungkin arahnya yang berbeda-beda.”
TP        :           “hingga saat ini Koalisi Nada tetap jalan?”
Eko      :           “dan pada akhirnya aku mendifinisikan ulang lagi tentang Koalisi Nada, memang pada awalnya banyak yang terlibat, tapi dengan kondisi sekarang aku memutuskan untuk “membelah diri”, aku cair, aku beredar aja lah. Sayangkan kalau ini (Koalisi Nada) ditinggalkan. Aku ingin menjawab stigma bahwa sebuah kolektif itu tidak akan berumur panjang, dan kalau memang tidak produktif jangan sampai ada statement BUBAR lah, biarkan aja, vakum ya gapapa, berarti emang ga bisa dipaksakan. Pada waktunya untuk kembali, ya ayo. Dikatakan tidak produktif aja masih untung, bahkan sebagian orang-orang ada yang sudah kapok bikin band baru, ngeband juga gitu-gitu aja, haha. Intinya tetap berkarya sih, dan akhirnya aku memilih untuk ini”
TP        :           “Sedikit flashback sam, jadi founder Koalisi Nada itu termasuk sampean?”
Eko      :           “Jadi gini lho, ngomongin sejarah ya, awalnya emang aku aja. Sebelum jadi INI ITU, Koalisi Nada itu nama pertunjukan. Sekitar tahun awal, di 2010 ada sekitar 2-3 pertunjukan, setelah proses beberapa tahun, akhirnya aku bikin ini (tumblr).
TP        :           “terus sejak kapan tumblr ini dibuat mas?”
Eko      :           “Engga kok, tumblr ini muncul setelah peluncuran Album Kompilasi Koalisi Nada, sekitar 2011-2012an. Sebenernya ini butuh banget, untuk publikasi kabar-kabar, maupun wacana.”
TP        :           “Untuk sekitar 2011-2012an, genre musik yang ada di Kompilasi Koalisi Nada itu apa saja sih?”
Eko      :           “Rata-rata sih indie rock, karena di Malang secara dokumentasi kurang untuk music ini, makanya untuk band-band indie rock butuh wadah Koalisi Nada itu sendiri. Kalo pengen ngecek lagu-lagu dari Kompilasi, bisa download kok di tumblr Koalisi Nada (http://koalisinada.tumblr.com), dan inipun free. Pada waktu itu (2011-2012), rilisan fisiknya ada 20 dengan format CD, dan sudah habis. Dan baru 2013 kompilasi ini diunggah.”
TP        :           “Untuk proses perekaman lagunya direkam secara live barengan atau gimana?
Eko      :           “ooohh, untuk rekaman di studio, tiap band merekam lagunya sendiri-sendiri, engga dipusatkan satu tempat.”
TP        :           “Untuk masa indie rock itu, influencenya dari mana aja sih?”
Eko      :           “Macem-macem. Justru yang mengejutkan itu Intenna, mereka terbentuk antara 2010-2011, aku mendekati mereka, mulai dari kenalan, ngobrol-ngobrol, dan berteman. Akhirnya mereka mau terlibat dalam Kompilasi ini. Pada intinya, aku nemuin band-band yang mau berkolektif itu di acara, wah band ini menarik nih, belang sendiri, yang aku cari emang yang beda sama yang lain. Aku ga cari kontak sih, langsung aku temuin, dan akhirnya jadi teman. Dan dari itu aku ngerti sama arah musiknya to, misalnya INTENNA itu belang sendiri, mereka memainkan shoegaze yang 2011 hanya mereka yang memainkan genre itu. Trus COBRA dengan garagepunk (ada di youtube dokumentasi Koalisi Nada), DLL. Nah itu, rasa-rasa kaya gitu ga ada sekarang di Malang. Kenapa kok gitu? Karena itu tadi, dari bandnya sendiri entah kurang percaya diri, atau…… padahal itu dari soulnya orang-orangnya lo. Mereka ga bisa bertahan ketika dihadapkan dengan kesibukan, dan yaudah akhirnya bandnya jadi korban. Bahkan belum melahirkan apa-apapun, hanya sebatas kompilasi. Bersyukurlah Kompilasi ini masih ada. Hingga saat itu menurutkan yang berhasil seperti INTENNA dan ALSOO, yang seudah membuat album. Akhirnya aku memahami, bahwa sebagian dari mereka mengisi kekosongan waktu hanya terbatas waktu itu saja, ternyata mereka ga kecanduan, dan selesai.
TP        :           “Pesan untuk kolektif KAMPAKSQUAD mungkin?”
Eko      :           “Untuk sebuah kolektif, emang ga ada formula yang mengharuskan ini harus seperti ini, itu harus seperti itu. Jelas berbeda beda lah, sebuah tentangan tersendiri. Apa yang menurutmu cocok, ya coba diaplikasikan. Atau sambil berjalannya waktu, oohhh iya yang cocok dengan kita gini, akhirnya dengan sendiri menemukan formulanya, akibat dari pengalaman atau evaluasi dari apa yang sudah dilalui. Aku sih lebih ke cara (engga sekedar musik), dari hal-hal sederhana aja, itu akan lebih mudah, aku berpendapat, aku ngomong apa yang aku sudah lakukan, dan aku ngomong apa yang bisa aku lakukan, gitu lah. Ga mungkin aku ngomong, membual, atau ngomong gedhe, trus aku ga bisa melakukan, kan banyak gitu tuh, hehe. Misalnya kek bikin kompilasi tadi, itu sih menyakinkan kalo SDM teman-teman tuh udah bagus, ya ini aja yang dimaksimalkan.”
TP        :           “Kesimpulannya, apa yang dilakukan atas kesenangan, betul mas?”
Eko      :           “Iya dong, harus itu. Lakuin dah sambil jalan. Apa ga mubadzir, ketika kita bikin ginian, trus ga terurus. Kalo emang capek, emang udah waktunya break dulu. Tapi jangan sampai ada statement BUBAR, jangan! Biarkan aja, jangan dipaksa.


Kemudian dilanjutkan obrolan-obrolan dan candaan, pada akhirnya secangkir sudah kosong. Mas Eko akan melakukan aktifitas lain malam itu. Saya pun berpamitan dikarenakan tidak ada aktifitas lagi di warkop, hehe. Oh iya, mas Eko juga mempersilahkan buat kawan-kawan untuk nonton dokumentasi Koalisi Nada di Youtube (channel : koalisi nada), atau berbagai tulisan dan netlabel di tumblrnya (www.koalisinada.tumblr.com). Trimakasih mas Eko atas waktu disela-sela kesibukannya, kucup cing! [TP].